Pembinaan Peningkatan Disiplin Siswa Dalam Mengerjakan Tugas PJJ Melalui Pendekatan Segitiga Restitusi di Masa Pandemi Covid-19
Penulis : Agus Landip Nyuwito
Proses belajar mengajar akan semakin berkembang saat ini maupun dimasa yang akan datang. Pada kondisi saat ini pembelajaran yang dilakukan telah mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat besar hal ini terjadi karena wabah virus covid 19 yang mendadak sehingga menuntut guru dan siswa serta proses belajar mengajar bergerak cepat menyikapi kondisi yang ada. Proses belajar mengajar telah bermetamorfosa menjadi sebuah metoda baru dengan menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Pembelajaran jarak Jauh membuat perubahan yang cukup signifikan terutama perhatian dan pendampingan guru atau orangtua kepada siswa tidak bisa lagi dilakukan intensif sehingga muncul permasalahan maupun kendala baru yang terjadi misalnya siswa menjadi malas mengerjakan tugas, sering membolos pelajaran dan tidak mengikuti live meet saat jam pembelajaran sekolah.
Beberapa kasus yang terjadi selama proses PJJ ini diantaranya siswa hingga menjelang akhir semester masih banyak ditemui tugas yang belum tuntas dikerjakan sehingga perlu dilakukan konseling dengan cara dipanggil secara khusus untuk mengingatkan dan mendorong siswa menyelesaikan tugas-tugasnya sebelum raport dibagikan.
Dengan adanya perubahan kendala yang ditemui selama proses PJJ ini maka diperlukan adanya pembinaan secara khusus dan rutin bagi siswa yang sering terkendala dan melalaikan tugas-tugas sekolahnya. Usaha pembinaan yang dilakukan hendaknya berprinsip pada konsep Merdeka Belajar, karena itu pendekatan Restitusi adalah model pembinaan yang cocok dilakukan.
Pendekatan Restitusi ini dilaksanakan dengan tujuan :
Mengidentifikasi kesadaran siswa akan tindakannya yang salah.
Mengubah identitas siswa dari orang yang gagal menjadi orang yang sukses.
Memahami kebutuhan dasar siswa yang ingin dipenuhi dengan melakukan tindakan yang salah tersebut.
Menemukan cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa yang ingin dipenuhi dengan melakukan tindakan yang salah tersebut.
Menghubungkan tindakan siswa dengan nilai-nilai yang dipercaya.
Membangun kesadaran siswa akan keyakinan yang diinginkan.
Bagaimana pendekatan ini dilakukan oleh pendidik, yaitu dengan melakukan serangkaian tindakan restitusi dengan siswa yang memiliki masalah maupun kendala dengan melakukan tanya jawab dan berkomunikasi secara 4 mata siswa akan diajak berdiskusi dan mengikuti sesi tanya jawab dengan guru atau pendidik. Pendekatan ini dapat dilakukan secara online, salah satunya menggunakan google meet.
Secara detail konsep segitiga restitusi telah dilaksanakan sebelumnya pada pertemuan online yang dilaksanakan Selasa, 4 Januari 2022 dengan salah satu siswa yang bernama Amelinda Amanty Bachtiar, yang merupakan seorang siswa kelas IX. Video wawancara segitiga restitusi yang telah dilakukan sebagai berikut : https://drive.google.com/file/d/1g1uBKmyFBFZwS9bpGq5Hx_ti50ZNiWoL/view?usp=sharing.
Dalam pertemuan online Proses ini meliputi tiga tahap, yaitu Menstabilkan Identitas, Validasi Tindakan yang Salah, dan Menanyakan Keyakinan. Skenario penerapan Segitiga Restitusi adalah sebagai berikut :
Pembukaan :
Hal baik dan tidak baik apa saja yang sudah kamu lakukan di semester ganjil lalu?
Bagaimana perasaan kamu setelah melakukan hal yang tidak baik ?
Menstabilkan identitas :
Baik Bapak kira apa yang kamu lakukan sebenarnya juga pernah dilakukan oleh orang lain, Bapak juga dulu pernah tidak bersungguh-sungguh dalam belajar, namun tentunya kalau kita berbuat salah harus diperbaiki ya !
Validasi tindakan yang salah :
Apa alasan kamu melakukan hal yang tidak baik tersebut ?
Adakah cara lain yang lebih efektif untuk mendapatkan atau memenuhi apa yang kamu butuhkan ?
Menanyakan keyakinan :
Baik kalau sudah tahu bahwa itu salah, selanjutnya bapak ingin tahu, kelak kamu ingin menjadi orang yang seperti itu terus tidak? apakah kamu sudah punya bayangan nanti kamu ingin menjadi seperti apa ?
Bagaimana komitmen kamu untuk mewujudkan keinginan kamu itu ?
Rencana apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki cara belajarmu di semester genap nanti ?
Gambar 1 : siklus segitiga restitusi
Dari pelaksanaan tindakan wawancara kepada siswa menggunakan pendekatan segitiga restitusi, maka didapatkan hasil yaitu :
Siswa dapat menyadari akan tindakannya yang salah, karena dari hasil tanya jawab tersebut diketahui bahwa siswa sebenarnya juga merasa apabila semakin banyak tugas yang ditinggalkan maka beban yang harus dikejar akan semakin berat.
Siswa merasa bahwa apa yang dilakukan sudah melampaui batas kewajarannya karena terlalu banyak tugas yang tidak dikerjakan. Guru dapat meyakinkan siswa bahwa setiap orang pernah melakukan kesalahan, namun yang lebih penting adalah bagaimana dia dapat berubah dan memperbaiki kesalahan tersebut.
Kebutuhan dasar siswa yang ingin dipenuhi adalah kebebasan, karena dia ingin mengerjakan hal-hal lain yang dia sukai, seperti bermain game dan berinteraksi dengan teman melalui aplikasi chat.
Siswa mampu menemukan cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, yakni dengan melakukan aktivitas bermain game maupun chatting dengan teman-temannya setelah jam pelajaran selesai serta tugas-tugasnya dikerjakan.
Siswa merasa apa yang telah dilakukan sebelumnya melanggar nilai disiplin, karena seharusnya tugas sekolah yang diberikan guru pada hari ini dapat diselesaikan hari itu juga
Dengan pendekatan restitusi siswa telah menemukan cara untuk dapat mewujudkan keyakinannya akan nilai disiplin dengan lebih baik yakni :
Membuat komitmen dengan mematikan kuota data handphone dan menjauhkannya dari jangkauan saat jam pelajaran sekolah.
Mempelajari materi-materi pelajaran yang kurang dikuasai sesaat sebelum ulangan dengan bersungguh-sungguh.
Menuliskan seluruh komitmen di atas di selembar kertas dan menempelkannya di meja belajar agar selalu dapat dilihat dan dilaksanakan
Dari beberapa hal dan kondisi yang terjadi diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penerapan Segitiga Restitusi sangat penting dilakukan, karena terbukti bahwa siswa mampu menemukan solusi atas masalah yang dialaminya. Menemukan solusi atas inisiatif mandiri siswa perlu senantiasa dilatih dan diterapkan kepada siswa agar mereka menjadi manusia merdeka karena memiliki kesadaran untuk merencanakan dan mengatur dirinya sendiri. Kecakapan merencanakan dan mengatur diri sangat dibutuhkan agar siswa kelak hidup lebih baik, karena memiliki kemampuan dengan mudah beradaptasi dengan lingkungannya.