Kamis, 14 Juli 2022

“Program Literasi yang Sesuai Keinginan Siswa”

3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada MuridAssignment

 

Demi mewujudkan sekolah sebagai taman belajar yang mampu memberikan keterampilan dalam mengelola pengetahuan menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca. Sekolah perlu memiliki  program literasi untuk membiasakan siswa dengan kegiatan membaca. Namun masalahnya kegiatan literasi juga terkesan membosankan, diperlukan pendekatan dari sudut pandang siswa agar mereka mengikuti program ini dengan sukarela dan minat yang tinggi. Keterlibatan siswa dalam tahap perencanaan, pengorganisasian dan evaluasi program juga perlu ditekankan agar siswa merasa memiliki program ini.

  1. Latar Belakang Program :

    1. Prakarsa untuk memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan minat dan iklim belajar yang diinginkan siswa.

    2. Perlunya memberikan kesempatan murid untuk bertanya, memberikan pendapat, berdiskusi dan menentukan arah pembelajarannya sendiri.

    3. Perlunya memberikan kesempatan bagi murid untuk memilih bagaimana mereka mendemonstrasikan keinginannya dalam proses pembelajaran.

    4. Perlunya menciptakan lingkungan belajar di mana murid dapat menetapkan tujuan belajar dan kriteria keberhasilan mereka sendiri, dan memantau dan menyesuaikan pembelajaran mereka.

    5. Perlunya sekolah meningkatkan fungsi sistem literasi (aplikasi dan tim literasi) yang sudah berjalan baik untuk tujuan yang lebih berdampak kepada siswa.

    6. Belum banyaknya siswa yang aktif mengikuti kegiatan literasi sekolah.


  1. Urutan Pelaksanaan Kegiatan :

    1. Berkonsultasi dengan rekan Tim Literasi

      1. Program yang baik tentunya dapat mewadahi banyak kepentingan, karena itu agar mendapatkan masukan dari banyak pihak diperlukan diskusi dengan orang-orang di dekat kita :


Foto 1



  1. Hasil kegiatan :

    1. Program perlu mendapatkan masukan dari siswa langsung agar siswa merasa terwadahi kepentingannya. Survei menggunakan g forms adalah media yang tepat untuk melakukan survei ini.

    2. Survei sebaiknya meliputi unsur evaluasi kegiatan literasi yang sudah berjalan selain itu juga bentuk kegiatan, materi, produk kegiatan literasi yang sesuai dengan keinginan siswa.

    3. Platform program sebaiknya tetap menggunakan G site Literasi Sekolah yang sudah biasa digunakan karena selama ini sudah berjalan baik dan cukup dikenal siswa.

    4. Diperlukan unsur OSIS dalam Tim Literasi yang akan dibentuk.

  1. Meminta perwakilan OSIS kepada pembina OSIS.

    1. Menghubungi Pembina OSIS, agar program nantinya memiliki unsur dari siswa yang tergabung di OSIS maka diperlukan izin dari pembina OSIS sehingga siswa yang nantinya bergabung sudah sepengetahuan pembina. Komunikasi dengan pembina OSIS dilakukan secara langsung maupun melalui media komunikasi chat whatsapp.


Foto 1


Foto 2


  1. Hasil kegiatan :

    1. Dari pembina memberikan masukan sejumlah 3 siswa OSIS yang nantinya bergabung di Tim Literasi. Siswa terdiri dari 1 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan. Perwakilan OSIS juga sudah memenuhi unsur jenjang di sekolah SMP, yakni 1 siswa kelas 7 dan 2 siswa kelas 8 (untuk tahun ajaran 2021-2022).

  1. Diskusi dengan perwakilan OSIS

    1. Pada hari Rabu 29 Juni 2022 pukul 09.00 diadakan pertemuan diskusi dengan perwakilan OSIS secara langsung dan daring. Pertemuan ini diadakan untuk merencanakan langkah awal yang harus dilakukan untuk membuat “Program Literasi yang Sesuai Keinginan Siswa”. Diskusi berjalan lancar dan mendapat sambutan baik dari siswa, terbukti mereka juga aktif memberikan usulan dan masukan.

Foto 1



Foto 2

                                    
                                    



  1. Hasil diskusi, 

    1. Rabu, 29 Juni 2022 pkl 09.00 WIB

    2. Peserta diskusi : Agus Landip Nyuwito, Celena Almira, Wynnette, Krisna

    3. Tempat ruang 103 SMPK Kolese Santo Yusup 1

    4. Anggota Tim : dari unsur apa saja ? Koordinator ?

      1. Perpustakaan 

      2. Siswa : Osis dan unsur kelas. 

      3. Bertanya kepada kelas/wali kelas. 1 kelas 1 anak.

      4. Koordinator : ditentukan saat pertemuan selanjutnya dengan anggota tim yang lengkap.

      5. Anggota tim dipilih dengan meminta usulan dari siswa. Dipilih melalui suara terbanyak.

    5. Cara Mengumpulkan usulan bentuk kegiatan literasi dari siswanya :

      1. Akan dibuat g forms untuk mengevaluasi kegiatan literasi yang pernah berjalan.

      2. Kelas 7 juga perlu di minta masukan terkait bentuk kegiatan literasi juga.

      3. Membuat grup wa untuk memudahkan koordinasi.

    6. Target kegiatan : siswa 100%.


  1. Angket Evaluasi dan Usulan Kegiatan Literasi

    1. Angket Evaluasi dan Usulan Kegiatan Literasi diluncurkan kepada siswa pada  7 s.d. 11 Juli 2022. Angket disebarkan melalui Guru wali kelas serta didukung promosi melalui IG sekolah yang desain post nya dibuat oleh siswa anggota OSIS. Unsur yang diukur dalam angket adalah Evaluasi kegiatan literasi berjalan, Usulan kegiatan literasi dan usulan nama siswa yang akan masuk di Tim Literasi.


Foto 1


Foto 2



Foto 3




  1. Hasil angket, dari peluncuran angket telah didapatkan hasil sebagai berikut :

    1. Penilaian siswa terhadap bentuk, materi, produk dan penghargaan kegiatan literasi yang telah berjalan.

    2. Usulan terhadap bentuk, materi dan produk literasi yang diinginkan siswa.

    3. Usulan nama siswa yang akan masuk di Tim Literasi dari siswa. Dari usulan nama ini akhirnya dibentuklah Tim Literasi yang Sesuai Keinginan Siswa.


  1. Pertemuan perdana dengan Tim Literasi 

    1. Pada hari Senin, 11 Juli 2022 pukul 11.30 - 12.30 diadakan pertemuan pertama Tim Literasi pilihan suara terbanyak seluruh siswa kelas. Pertemuan ini dihadiri 10 perwakilan siswa (1 orang absen karena sakit)


Foto 1


Foto 2


Foto 3



  1. Hasil pertemuan :

    1. Mengamati hasil rekap angket evaluasi kegiatan literasi.

    2. Koordinator Tim Literasi terpilih.

    3. Curah pendapat bentuk kegiatan literasi dan konten materi literasi pilihan siswa.



Dari hasil pelaksanaan aksi nyata saya mendapatkan hasil refleksi sebagai berikut :

  1. Perasaan (Feeling)

    1. Saat perencanaan kegiatan aksi nyata ini saya merasa sedikit khawatir apakah siswa nantinya dapat menangkap pesan dan maksud dari program ini, apakah siswa dapat mengimplementasikan keinginan rekan-rekannya menjadi sebuah program yang menarik, apakah siswa mau terlibat aktif dalam aksi nyata ini.

    2. Yakin bisa mewujudkan tujuan dari pelaksanaan program ini secara jangka panjang, karena kegiatan akan dievaluasi secara periodik untuk pengembangan programnya dan siswa mendapatkan pengalaman kepemimpinan yang berharga. 

  2. Pembelajaran (Finding)

  1. Program literasi memiliki kesan yang kurang menyenangkan kepada siswa sehingga dalam penyampaian dan pemaparan program sebaiknya guru melihat bagaimana respon siswa, jika siswa merasa program ini terlalu serius sebaiknya jangan membebani dengan target program yang berat, tetapi biarkan siswa sendiri yang memutuskan arah atau target kegiatan literasinya.
  2. Pendampingan guru tetap diperlukan meski program lebih banyak dikerjakan oleh siswa, karena dalam perkembangannya program dapat berjalan sesuka hati siswa. Diperlukan pendampingan guru agar kegiatan siswa tidak melampaui batas atau menabrak norma dan etika sekolah atau masyarakat. 
  3. Diperlukan kerjasama dan komunikasi dengan Tim Literasi guru, agar dalam pelaksanaannya kegiatan ini tetap bisa didukung dan ada masukan dari anggota Tim.

3. Penerapan ke Depan (Future)

    1. Kegiatan atau konten post yang masuk di site literasi tersaring dengan baik perlu pengawasan oleh guru sebelum konten dimasukan ke site.

    2. Meyakinkan kepada Tim Literasi siswa agar berani mengambil keputusan dan tidak ragu-ragu dengan hasilnya nanti.

    3. Hendaknya ada evaluasi kegiatan literasi secara periodik, sehingga diketahui bagaimana tingkat partisipasi siswa dalam kegiatan tersebut dan memberikan umpan balik kepada Tim untuk pengembangan program selanjutnya.


Jumat, 17 Juni 2022

Aksi Nyata Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran - Agus Landip Nyuwito


  1. Waktu : Selasa, 26 April 2022 (12.00 - 13.00 WIB)

  2. Tempat : Ruang kelas Mark Twain SMPK Kolese Santo Yusup 1 Malang.

  3. Peserta :

    1. Aries Kuncoro : Guru Mapel IPA

    2. Mariana : Guru Mapel Bahasa Inggris

    3. Diah Retno K. : Guru Mapel IPS

    4. Andika Pratamanda : Guru Mapel Prakarya

    5. Yesicha Magdalena : Guru Mapel Bahasa Indonesia

    6. Yohanes Chandra T : Guru Mapel Matematika

    7. Agus Landip N : Guru Mapel IPS

  4. Permasalahan : pada semester genap TP 2021-2022 di sekolah kami memiliki program kontrak belajar dengan siswa yakni membuat buku. Jenis buku yang dibuat siswa bermacam-macam ada review film, review buku, review game, portofolio fotografi, komik dan yang lainnya. Setiap Guru diberikan tugas untuk menjadi pembina siswa dalam proses pembuatan buku. Namun masalah timbul, beberapa guru belum memiliki keterampilan membimbing siswa menulis buku. Karena tidak memiliki cukup kompetensi akhirnya waktu yang dibutuhkan untuk mengecek tugas siswa menjadi sangat lama serta menyita waktu pengerjaan pekerjaan lainnya.

  5. Alasan aksi dilaksanakan :

    1. Para guru kurang dapat maksimal dalam melaksanakan tugasnya membimbing proses pembuatan buku siswa karena tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk melaksanakannya.

    2. Karena tidak memiliki cukup kompetensi akhirnya waktu yang dibutuhkan untuk mengecek tugas siswa menjadi sangat lama serta menyita waktu pengerjaan pekerjaan lainnya.

  6. Langkah/aksi nyata yang diambil :

    1. Melakukan diskusi dengan rekan guru, dengan urutan analisis :

      1. Dilema Etika : 

        1. Apakah guru tetap membina penulisan buku sambil belajar bagaimana membimbing penulisan yang baik, namun dengan konsekuensi banyak waktu menyelesaikan pekerjaan lain yang akan tersita.

        2. Guru memodifikasi kontrak belajar sehingga sesuai dengan pilihan atau minat siswa serta memberikan peran pembina kepada guru yang memiliki kompetensi yang sesuai.

      2. 4 Paradigma Dilema Etika :

        1. Individu lawan masyarakat. Karena disini sudut pandang beberapa guru melawan sudut pandang banyak guru lainnya.

        2. Kebenaran lawan kesetiaan = Karena dilema yang muncul antara harus membela prinsip kebenaran dengan berpegang kepada prinsip “merdeka belajar” bahwa setiap anak harus diberi kebebasan membuat karya yang sesuai dengan minat dan potensinya sehingga tidak harus membuat buku. Atau harus memegang nilai kesetiaan dengan taat pada perintah pimpinan untuk membina siswa membuat buku. 

      3. 3 Prinsip Pengambilan Keputusan 

        1. Berpikir berbasis kepada hasil akhir : Karena disini pertimbangan yang digunakan adalah hasil akhir siswa mampu membuat produk kontrak belajar yang lebih berkualitas karena sesuai dengan minat dan kompetensinya.

      4. 9 Langkah Pengambilan & Pengujian Keputusan

        1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan : 

          1. Kemerdekaan (jika kita memilih pilihan B maka kita akan membela prinsip kemerdekaan belajar karena siswa memiliki keleluasaan untuk memilih mengekspresikan bakat dan minatnya)

          2. Melawan Kesetiaan (jika kita memilih pilihan A maka kita memilih untuk taat dengan perintah atasan dan berusaha menyesuaikan diri dengan konsekuensi pelaksanaan perintah tersebut).

        2. Siapa yang terlibat dalam kasus ini : 

          1. Guru

          2. Kepala sekolah

        3. Fakta-fakta yang relevan dalam kasus ini :

          1. Saat ini siswa tidak bisa memenuhi target pengumpulan (waktu, kualitas penulisan).

          2. Guru yang membina tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan.

          3. Tidak ada diskusi di awal, tentang bentuk kontrak belajar.

          4. Kegiatan membimbing proses pembuatan buku menyita waktu para guru dalam melaksanakan tugas lainnya.

        4. Pengujian benar atau salah :

          1. Uji legal : tidak ada kaitan dengan aspek pelanggaran hukum dalam situasi ini, sudah ada perjanjian antara sekolah dengan siswa dalam hal proses pelaksanaan tugas kontrak belajar.

          2. Uji regulasi :tidak ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalam kasus ini.

          3. Uji intuisi : tidak ada pelanggaran yang berarti dalam kasus yang sedang diuji karena sudah ada kesepakatan terkait tugas antara sekolah dengan siswa. Dari sisi guru masalah ini juga tidak melanggar aturan apa-apa, hanya berhubungan dengan beban moral jika tugas yang diberikan tidak dikerjakan dengan baik.

          4. Uji halaman depan koran :

            1. Ada kemungkinan permasalahan akan dibesar-besarkan oleh wartawan dan ditulis di halaman koran.

            2. Ada kemungkinan juga permasalahan tidak akan diliput wartawan karena sudah ada kesepakatan antara siswa dan sekolah terkait pelaksanaan tugas kontrak belajar.

          5. Uji panutan atau idola : tidak ada komentar untuk uji ini, karena tidak ada idola yang dapat dijadikan bahan analisis pertimbangan.

        5. Pengujian paradigma benar atau salah : paradigma yang terjadi di situasi yang saya hadapi ini adalah Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), Karena dilema yang muncul antara harus membela prinsip kebenaran dengan berpegang kepada prinsip “merdeka belajar” bahwa setiap anak harus diberi kebebasan membuat karya yang sesuai dengan minat dan potensinya sehingga tidak harus membuat buku. Atau harus memegang nilai kesetiaan dengan taat pada perintah pimpinan untuk membina siswa membuat buku.

        6. Prinsip pengambilan keputusan : dari 3 prinsip penyelesaian dilema, yang akan dipakai adalah prinsip Berpikir berbasis kepada hasil akhir : Karena disini pertimbangan yang digunakan adalah hasil akhir siswa mampu membuat produk kontrak belajar yang lebih berkualitas karena sesuai dengan minat dan kompetensinya 

        7. Investigasi opsi trilema : 

          1. Sebaiknya tugas ini ditiadakan agar guru lebih fokus mengerjakan tugas yang lain.

          2. Sebaiknya ada mentoring dari guru yang berkompeten dalam pendampingan proses penulisan buku tentang bagaimana cara mengoreksi proses dan hasil penulisan buku yang baik dan benar. 

        8. Buat keputusan : kami akan menghadap ke kepala sekolah untuk mendiskusikan hasil diskusi ini agar hasil diskusi tersampaikan dengan baik dan nantinya didapatkan hasil keputusan yang lebih baik terkait dengan pelaksanaan tugas kontrak belajar selanjutnya.

Isi pesan : penugasan kepada siswa terkait pelaksanaan tugas “Kontrak Belajar” untuk tahun pelajaran depan agar memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih tugas yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Guru yang mendampingi pun juga dipilih dari guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan pilihan anak tersebut.

  1. Tinjau kembali keputusan dan refleksikan :

Menurut saya keputusan untuk memberi keleluasaan untuk memilih jenis tugas sangat baik, karena setiap anak harus diberi kebebasan membuat karya yang sesuai dengan minat dan potensinya sehingga mereka memiliki rasa memiliki akan tugas tersebut. Capaian hasil tugas dikerjakan oleh siswa pada akhirnya bukan karena siswa terpaksa, namun karena mereka menyukai dan berminat pada tugas tersebut.

Penyampaian hasil keputusan kepada Kepala Sekolah

  1. Hari, tanggal : Rabu, 15 Juni 2022

  2. Tempat : Ruang Kepala Sekolah SMPK Kolese Santo Yusup 1

  3. Isi hasil keputusan : Meminta Kepala Sekolah untuk mempertimbangkan kembali penugasan kepada siswa terkait pelaksanaan tugas “Kontrak Belajar” untuk tahun pelajaran depan agar memberikan keleluasaan kepada siswa untuk memilih tugas yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Guru yang mendampingi pun juga dipilih dari guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan pilihan anak tersebut.

  4. Tanggapan Kepala Sekolah : Kepala sekolah menyetujui usulan yang telah disampaikan dan berjanji mempertimbangkan usulan tersebut untuk penugasan kontrak belajar berikutnya.


Refleksi :

  1. Feelings : Perasaan saya setelah melakukan aksi nyata pada modul 3.1 ini saya merasa senang karena saya akhirnya dapat mencoba menerapkan konsep dan teori pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Saya juga dapat mencoba mendiskusikan permasalahan yang riil terjadi di sekolah dan mencari solusi bersama dengan teman-teman guru saya. Hasil pertemuan juga dapat saya jadikan pengimbasan isi modul 3.1 ini kepada rekan guru saya.

  2. Pembelajaran : Dari kegiatan aksi nyata saya belajar bahwa ternyata teman-teman saya sangat antusias mengikuti program pengimbasan yang saya lakukan, padahal sebelumnya ada kekhawatiran mereka tidak mau mengikuti kegiatan ini. Saya juga mempelajari bahwa teman-teman guru saya memiliki usulan yang kritis sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah yang ada di sekolah dan ini adalah salah satu aset sekolah yang berharga. 

  3. Penerapan kedepan : Saya akan mencoba menerapkan materi yang saya terima ini setiap saat ada kesempatan atau ada masalah yang saya hadapi terkait dengan prinsip “dilema etika” .



Foto Kegiatan